Ahlan Wa Sahlan

----------------------------------------------------

12 Mei 2009

PARPOL NOW IS THE KATROK

Ini adalah ungkapan dari segala pengungkapan
Ini adalah pikiran dari segala pemikiran
Ini adalah rasa dari segala perasaan
Ini adalah……………………………………..

Obrolan pengungkap, pemikir, dan perasa, semua menjadi satu menyepakati dan menyamakan persepsi bahwa dengan melihat, menimbang dan memutuskan yang tertera berikut ini adalah PARPOL NOW IS THE KATROK. Inilah yang tepat untuk dihadiahkan kepada parpol negeri ini. Mengapa? Kok bisa? Ada apa? Hm……

Perpolitikan saat ini begitu banyak warna, menyisakan pro-kontra, kedamaian (bagi yang menang), kekanak-kanakan, cupu, kolot, tradisional, dan lain-lain. Entah yang salah pada pemikirannya, orangnya (fisik) atau parpolnya yang menyebabkan terlihat katrok. Berawal dari kampanye, 1 bulan 2 minggu yang lalu kurang lebih, berbagai parpol mengadakan pesta, tidak tanggung-tanggung semua bulu ketek (harta) nya dikeluarkan untuk menarik simpati masa, untung tidak Istri dan anak-anaknya di jual untuk modal kampanye, ah….miris. Nafsu syahwat dipertontonkan jelas didepan televisi, anehnya penguasa yang sedang menjabat diam-diam saja, apa karena tidur pulas atau sibuk kampanye, kalau begitu untuk apa UU jika tidak digunakan?. Jadinya kampanye politik = kampanye tubuh. Yang lainnya rebutan nasi sampai perang antar suku, anehnya lagi hal ini dianggap biasa-biasa saja. Seperti angin lalu.

Di beberapa tempat banyak pula yang giat mendekati masyarakat, mendekati masjid-masjid, memberi sumbangan ini - sumbangan itu. Berharap dipilih oleh masyarakat setempat menjadi anggota legislatif, tetapi ternyata…alih-alih dipilih di jenguk saja tidak, akhirnya…, karena tidak dipilih diambil kembali sumbangannya, ada juga yang gila karena uangnya habis untuk kampanye. Inilah kenyataan yang telah kita lihat, semuanya haus akan kekuasaan. Apakah tujuan hidup ini hanya untuk berkuasa? Bagaimana rakyat akan memilih jika dibalik kampanyenya, dibalik orasinya ternyata ingin meraup kekuasaan dan kekayaan semata. Bagaimana mau mensejahterakan rakyat jika dirinya dan parpolnya saja tidak sejahtera.

Pasca pemilu legislative, parpol menghitung-hitung suara dan kekuatannya, sampai 20 % atau tidak, jika tidak, koalisi diadakan. Rapat sana-rapat sini, nego sana-nego sini biayanya tidak tanggung-tanggung berjuta-juta hanya sekedar bertemu, membicarakan arah bangsa kedepan (katanya). Ketika ditanya oleh pers hasilnya tidak jelas, tunggu pertemuan berikutnya. Akhirnya pertemuaan tidak menemui titik temu alias buntu, karena masing-masing menginginkan untuk menjadi presiden, bagaimana mau menentukan arah bangsa?. Di beberapa parpol ada yang berbeda pendapat dalam parpolnya sendiri untuk mencalonkan si A atau si B sebagai presiden atau wakil presiden. Karena perbedaan itu muncullah dua kubu, kubu A dan kubu B. Akhirnya perang dingin dalam tubuh parpol.


Melihat kenyataan ini, ada hal yang lucu dan geli jika difikirkan, seperti anak-anak yang rebutan mobil-mobilan, bagaimana anak itu merebut mobilan itu agar jadi miliknya dan menguasainya agar sekehendak hati dibawa kemana saja mobil-mobilan itu, dengan mengumpulkan teman-temannya mencari dukungan, jika bisa mendapatkannya dijanjikan, memberi waktu untuk bermain mobil-mobilan, menikmati permainan itu. Teman-temannya yang lain pun sama, mencari dukungan mempertahankan agar mobil-mobilan itu tetap miliknya, yah…itu hanya imajinasiku saja, sayangnya sekarang sudah banyak yang punya mobil-mobilan .

Dari ungkapan-ungkapan katrok diatas, sesungguhnya rakyat saat ini dipertontonkan dengan model-model perpolitkan tidak menyehatkan, karena politik didefinisikan mempertahankan kekuasaan, merebut kekuasaan tanpa melihat nilai-nilai moral, adopsi pemikiran ini diambil dari pemikiran Machiavelli politikus Italia, berikut kutipannya “politik adalah tentang satu hal: meraih dan mempertahankan kekuasaan. Hal-hal yang lain-agama, moralitas, dan sebagainya-yang dikaitkan dengan politik, tidak ada sangkut paut dengan aspek fundamental politik. “ Pemikiran ini lah yang menyebabkan situasi politik Indonesia tidak jelas arahnya, semua didasari atas kekuasaan semata.

Disisi lain, mari kita tengok saudara-saudara kita yang saat ini kelaparan, miskin, tidak punya tempat tinggal, tidur dikolong jembatan, ditrotoar-trotoar. Hingga saat ini para politisi ribut dan rebutan kekuasaan. Apakah perpolitikan saat ini pantas disuguhkan kepada rakyat yang sedang meraung, meminta belas kasihan? Merengek belum makan? Dimana suaramu ketika kampanye? Dimana simpatimu terhadap rakyat miskin ketika kampanye? Dimana – dimana-dimana……!!!! Omong kosong semuanya.

Wahai kalian pemilik PARPOL…..!!! buka mata kalian…!!! Lihat…!!! lihat didekat kalian, masih ada saudara-saudara kita yang kelaparan, masih ada saudara-saudara kita yang miskin, tidur dikolong jembatan. Ayolah berhenti sejenak memperebutkan kekuasaan, perhatikanlah mereka, jangan hanya memperhatikan mereka ketika kita membutuhkan suaranya saja..!! jangan hanya memperhatikan mereka karena kita ingin didukung oleh mereka.

Janganlah seperti kucing-kucing yang memperebutkan ikan asin…. Berpolitiklah seperti kalian berpolitik, jangan berpolitik seperti tidak berpolitik, negara ini bukan mainan, negara ini membutuhkan presiden yang mengenyangkan perut rakyatnya.

Ungkapan, pemikiran, dan perasaan ini bukan untuk menyudutkan tetapi hanya sekedar mengungkap, memikirkan, dan merasakan

Tidak ada komentar: